Selasa, 29 Maret 2016

KETIKA GONTOR (KATANYA) WAHABI

refleksi ini ditulis dari hasil obrolan saya dengan kawan dekat. dalam obrolan itu beliau menyayangkan bbrpa alumni gontor di sudan yg pemikiranya mudah ikut arus pemikiran kelompok salafi wahabi yg keras, pulang2 ke indo jadi tokoh da'i wahabi yg sedikit2 teriak haram, bid'ah, kafir.
dia bertanya, gontor emangnya bermanhaj seperti apa? kenapa kok bnyak saya lihat yg pemikirannya keras?
saya katakan, Gontor sama seperti prinsip Azhar, wasati. tidak akan berpihak pada ormas manapun, tidak condong pada partai apapun, apalagi ikut manhajnya. tapi gontor tidak melarang alumni2nya bahkan santrinya utk ber ormas, berpartai, bermadzhab apapun, namun semua embel2 ideologi ormas dan partai itu tidak boleh dibawa ke Gontor. harapannya dng kewasatiyahan gontor, alumninya tidak ekstrim kanan sehingga berfikiran radikal, tidak juga ekstrim kiri sehingga jadi liberal.
lah, jika gontor tidak punya begron ormas atau harokah, apa menjamin arah ideologi para alumninya?
justru itu kang, prinsip ketidakberpihakan itu justru menjamin originalitas keislaman alumninya.
tapi faktanya, banyak tuh di sudan yg wahabi alumni gontor?
iya, coba sampeyan lihat jumlah alumni pondok sampeyan di sudan sama alumni gontor di sudan, banyakan mana? kalo perbandingannya adalah jumlah, itu karena gontor setiap tahunnya menelurkan seribuan alumni, insyaAllah alumni gontor yg lurus lebih banyak daripada alumni yg wahabi. alumni gontor ga hanya ada yg wahabi kang, liberal juga ada, bahkan syiah juga ada. dan saya yakin, alumni pesantren lainpun demikian, hanya bedanya di kuantitas karena pesantren lain ga sebanyak itu alumni per tahunnya. sbg contoh saja, ada tuh alumni pesantren tambak beras yg jadi tokoh besar wahabi di cipayung jaktim. eksis di youtube.
sejauh mana gontor mencounter wahabi? sekuat apa pondasi pemahaman aqidah di gontor diajarkan? apa sistem pesantren salaf dng ngaji sorogan dipakai di gontor?
kang, apa iya pesantren itu gak ngajarkan aqidah? di Gontor santri diperkuat faham aqidahnya di 3 tahun pertama dng kecondongan thd aqidah asy'ariyah. jadi insyaAllah pondasi itu diperkuat dari awal nyantri. sistem pesantren salaf dng ngaji kitab cara sorogan sengaja tidak dipakai di gontor, hal ini agar santri dan guru lebih interaktiv dalam belajar dan mengajar, serta menghidupkan antusiasme pengajaran. maka, ngaji kitab tetap ada tapi dng sistem yg berbeda. jadi gontor sama sekali tidak menghilangkan substansi kepesantrenannya.
saya dengar santri gontor ngaji kitabnya soleh fauzan utk bidang tauhid?bukankah itu artinya santri dimatikan akal logisnya, dibunuh nalar kritiknya utk takwil dan diarahkan ke pemikiran takfiri dan tabdi'i?
benar, di Gontor memang ngaji kitabnya soleh fauzan. tapi alhamdulillahnya, 3 tahun pertama di gontor sudah diawali ngajinya kitab tauhid 20 sifat, itu supaya jadi pondasi kuat dan akal logisnya hidup utk takwil. adapun kitab soleh fauzan tidak semuanya dimasukin silabus, bahkan bab bid'ah tidak dibaca. saya melihat, kenapa kitab itu dijadikan bacaan di gontor? justru supaya nalar kritis santri makin hidup, dan agar santri mampu mengcompare jenis pemahaman akidah dari sumbernya. serta agar santri terarah untuk menilai segala hal secara objektiv, bahkan tidak jadi bagian dari takfiri dan tabdi'i. seandainya isi kitab soleh fauzan itu jadi pedoman hidup di gontor, saya yakin ga akan ada wiridan setelah shalat jamaah di gontor, saya yakin qunut akan dilarang di gontor, bahkan saya yakin pentas seni tahunan akan ditiadakan karena ada joget2 dan musik2nya. tapi ternyata masih ada tuh di gontor.
lalu apa yg menjadikan alumninya berubah jadi wahabi, syiah, liberal?
pesantren pada umumnya ada untuk membentuk miliu kehidupan beragama, memberikan pondasi, peraturan2nya yg mengikat, disiplin2nya yg kuat menjadikan santri terbentuk utk ikut arah yg dibuat oleh pesantren tsb. nah, tatkala sudah jadi alumni, miliu pendukung spt peraturan yg mengikat, dan silabus yg tertata mulai renggang, alumni tsb mulai bebas menentukan arahnya sendiri. kalo dia di lingkungan yg tepat, dia pasti akan aswaja, tapi jika tidak, akan sebaliknya. ya sperti alumni kami yg di sudan lah, kata sameyan bnyak yg wahabi, tapi alumni gontor yg di pakistan, aswaja semua itu, ga ada tuh yg model2 takfiri tabdi'i klo d pakistan. jadi lagi2 lingkungan yg mendukung dia berubah, dan ini tolak ukur utk semua alumni pesantren manapun saya kira.
Trus realisasi gontor sebagai lembaga tafaqquh fiddin dan menjaga aswaja (ahlu sunnah wal jamaah) gimana menurut sampean??
gontor sudah sangat totalitas juga di kurikulumnya kang dalam menjaga aqidah santri. di gontor ada bahtsul masail dng sistem ujian fathul kutub diaplikasikan melalui metode diskusi berkelompok, itu sangat akurat sekali menangkal pemikiran santri agar ga nyeleneh. ujian fathul kutub itu salah satu tujuannya utk membuka apa yg ada di otak si santri pada sebuah qodiyyah dng metode analisa kitab dan diskusi, jadi akan terbuka lebar sejauh mana wawasan dia thd agama. kalo kelihatan melenceng akan diluruskan via diskusi oleh musyrifnya. cukup esensial saya rasa goal nya gontor pada penjagaan keaswajaan. meski gontor ga menamakannya kajian aswaja. tapi substansinya sudah aswaja banget.
jadi sebelum jenengan2 teriak2 utk ber Aswaja, gontor sudah praktek aswaja duluan.
(oleh :cakfir679. Islamabad, 29 maret 2016)

Tidak ada komentar: