Terdampar di Negeri Ghandi
Langkahnya gontai di antara selimut udara pagi New Delhi yang
bertemperatur sembilan derajat celcius. Dingin memang, tapi bagi lelaki berusia
seperempat abad itu, dingin tak bisa menghentikan langkahnya menyambut sebuah
komitmen. Penuh optimis dia berjalan keluar dari bangunan sedikit tua yang di
depannya bertuliskan Assam Association Guest House. Jas hitam, kemeja biru,
dihiasi dasi merah, dan rambutnya yang klimis menambah mantap jalannya.
Gagah. Dalam benaknya, lelaki itu berkata “kalau aku bisa datang lebih pagi,
urusan teknis bisa ditangani lebih awal, broadcast lancar dan listener
dijamin gak kecewa” sambil senyum tangan kanannya melambai menghentikan reksha
yang sedang melaju. “Bhai sahab, JNU ka Conference hall kitna pesa de tehe?”
ujarnya kepada supir motor beroda tiga khas India itu, menawar harga. Setelah
sepakat keduanya pun meluncur ke tempat yang diminta tadi.