Lesehan #8
Menjelang hari-hari ganjil di
sepuluh akhir Ramadhan, masjid-masjid mulai ramai oleh orang-orang yang
melakukan I’tikaf. Dalam hal ini tentu ada satu motivasi yang menguatkan mereka
untuk berdiam lama di masjid dengan dzikir dan ibadah lainnya, apalagi kalau
bukan mengencangkan ibadah guna meraih lailatul Qadar, yang dalam al-quran
sendiri malam tersebut sangat diistimewakan dengan turunnya malaikat dengan
membawa rahmat ke bumi, menulis langsung setiap do’a, dan menghapuskan
permohonan ampun yang diucapkan malam itu hingga menjelang fajar.
Motivasi
yang menggiurkan ini membuat mas Nur, gus Hikam, termasuk saya dan kawan-kawan
lainnya sepakat untuk turut serta menghidupkan malam di sepuluh akhir dengan I’tikaf
juga. Pada suatu kesempatan saat hendak melaksanakan shalat malam, kang Julay
mendapati mas Nur masih duduk berdizikir dan berdoa sangat lama sekali, sejak bubar
tarawih hingga menjelang waktu sahur.
“begadang mas?” tanya kang Julay ketika mas Nur beranjak
dari tempatnya untuk sahur.
“iya kang” jawabnya, tersenyum ringan.
“ngapain aja?” penasaran kang Julay.