Jumat, 24 Desember 2010

Bunuh Kamran

Bunuh Kamran

Mungkin jam 12 siang ini, atau mungkin kutunda saja dua tiga jam lagi. Ah, entahlah. Keinginanku ini selalu saja menghantuiku dan akan terus menghantui jika tidak benar-benar kulakukan. Aku ingin sekali membunuhnya. Ya, menghentikan denyut nadinya, menghentikan detak jantungnya. Jengkelku sudah kepalang meradang.
Mumpung kelas sudah kosong, semuanya sudah bubar dan biasanya dia suka berjam-jam menyendiri di ruang kelas berukuran 8x8 yang lumayan luas ini. Tembok dengan cat putih memudar, satu pintu di samping kanan yang masih kuat dan 4 kipas angin di langit-langit ruangan masing-masing di samping kanan dan kiri kelas. Semua itu akan menjadi saksi tragedi berdarah ini. Memang seusai kuliah dia tak pernah langsung keluar, biasanya suka berjam-jam hingga bus jemputan tiba pukul 17.00 nanti. Jengkelku padanya sudah merambat ke sekujur jiwa mengalir bersama darah menyatu menjadi dendam dan benci.