Senin, 18 November 2013

Uduk ala Rantau itu kunamakan CIBHI (Cinta Bhineka Tunggal Ika)

By : Barman

Akhirnyaaaa... cak bro!! Benar-benar alhamdulillah kali ini, kelopak mataku terbuka lebar pagi tadi, terbelalak tak percaya layaknya Christiano Ronaldo  saat timnya dipecundangi Bayern Munich di laga Champions league musim 2012 lalu.











Kenapa toh?
Begini.. Adakah yang mampu mengalahkan sebuah klimaks kenikmatan dari kerinduan pada makanan nusantara yang telah lama tak kau jamah, dan tiba-tiba dia terhidang pasrah, merayu-rayu, melambaikan jemari lentiknya penuh manja untuk segera kau eksekusi. Makanan Apa itu?? Kok jemarinya lentik?? Tau kan, makanan yang kalo kalian buka wikipedia definisinya adalah jenis nasi yang diaron dan dikukus dengan santan dari kelapa yang diparut, serta dibumbui dengan pala, kayu manis, jahe, daun serai dan merica? Tepat… Nasi Uduk pemirsa.

Hello there…nasi uduk euy.. U De U Ka UDUK. 

Sumpah, dia bukan jenis makanan dari Zimbabwe, dia Indonesia banget. Pagi tadi, benar-benar dinding kerongkongan ini basah oleh liur yang serta merta mendorong isi otak untuk bekerja cepat, merespon dan mendorong segenap anggota badan guna melahap nasi super duper nikmat tersebut. Rupanya Allah telah menggerakkan hambaNya bernama bu Sofi Ilmiati istri pak Martono yang baik, untuk menyihir sang nasi dari sejak pagi buta tadi menjadi nasi berpangkat uduk. (mungkin kalo bu Sofi baca nih tulisan, beliau bakal menggerutu begini :  “menyihir? Lu kata gua penyihir man?lu sihir juga lu ntar” – ambu puun, eh salah, ampun buuu. bercandi saya, eh bercanda)

Mimpi apa aku semalam hingga pagi ini bisa dapat nikmat yang luar biasa sakti mandraguna tingkat internasional begini. Seingetku sih, semalam aku mimpi jadi superhero sejenis manusia mutant seperti x-men gitu deh. Trus serunya, kotaku diserang sekelompok monster jahat. Dan ternyata MUSPIKA (musyawaroh Pimpinan Kecamatan) yg terdiri dari pak Camat, pak Danramil, dan pak kapolsek memilih aku untuk menjadi pahlawan menghancurkan kejahatan monster2 itu. Kamu tau apa kelebihanku sebagai mutant? Kalo aku angkat tangan kananku semua yg jadi musuhku akan tertawa terpingkal-pingkal dan kalo aku angkat tangan kiriku, semua yg jadi lawanku akan tidur lelap. Trus hebatnya apa? ga tau. Aku sendiri ga pernah berharap mimpi itu jadi kenyataan lho, sumpah.

Loh..kok jadi ngomongin mimpi. Ra nyambung blas

Well, cak Fir yang biasanya masak suka ngasal (asal potong, asal cebur, asal aduk dan tunggu mateng) kini harus berhadapan dengan sebuah prinsip masak yang ASLI. Kemudian dari sepiring nasi uduk dan disambung secangkir kopi inilah aku berfikir panjang dan belajar banyak arti.

Pernah kepikiran gak, bagaimana proses pembuatan nasi uduk ini bisa menjadi nikmat terhidang di hadapan anda? Dia adalah proses, dia adalah perpaduan bermacam bumbu alami, dia adalah takaran detail. Kita ga akan bicara panjang tentang resep masak nasi uduk, tapi pada sisi lain di mana ada makna dan nilai moral yg tersimpan di dalamnya.

JELI dan SABAR

menurutku, takaran2 yang ada pada bumbu-bumbu alaminya membutuhkan waktu panjang dan kejelian. Dia bukan masakan yang hanya sekedar cebur, campur, lalu aduk. Tidak. Dia membutuhkan kejelian, dan kesabaran. Jika saja dalam proses menyeleksi bahan-bahannya, kombinasi takarannya, dan durasinya tidak lepas dari sabaran dan jeli, niscaya hasilnya tak kan senikmat yang diharapkan. Jadi ga tuh uduknya? Jadi dong, tapi dengan kualitas berbeda. Ini yang kemudian menjadikan contoh dari nilai sebuah kesabaran. Banyak hal yang bisa diakhiri dan berhasil meski tanpa sabar dan jeli, tapi kualitaslah yang akan menjadi pembedanya. Istilah Telaten, bukan pekerjaan yang mudah. Ia butuh kapasitas sabar yang besar, yang akan berbuah indah di akhir.
Benar adanya, Fa Sobrun Jamil, Pak Sobur itu anaknya pak Jamil, heh..bukan itu artinya, artinya adalah Sabar itu indah, sabar itu renyah, gurih, nikmat berpadu jadi satu menjadi kenikmatan tiada tanding nantinya.

PADUAN PERBEDAAN MENJADI CINTA

CINTA? Wah tumben2an aku ngomongin cinta rek. Tenang..!! jangan anarki dulu, ini ga sembarangan cinta.

Jadi begini, rasa yang ada pada nasi uduk ini bukanlah serta merta ada dengan sendirinya. As I said before, dia adalah paduan dari sumber yang berbeda, yang jika diuraikan tiap satuan racikannya mungkin tak bernilai apa-apa kecuali hanya sebuah nama benda. Let’s see… ada air santan di sana, serai, merica, pala, jahe, kayu manis dan aneka ragam lauknya. Jadilah seperti gambar ini :

jreng jreng!!!



It consists of several bumbu and lauk.. menjadi nasi uduk yang very very menggiurkan. Ya benar, jika diuraikan, apakah yang bisa anda lakukan dengan hanya segelas air santan saja? Diminum, trus? Enak?

Atau sebatang jahe dengan dominasi rasa pedas dan panas dikarenakan mengandung zat gingerol.

betul, kita tidak bisa memungkiri akan manfaat dan kelebihan masing-masing benda tersebut, seperti jahe yang mampu merangsang kelenjar pencernaan. Santan yang mengandung asam laurat yg merupakan anti-virus, anti-bakteri, anti-mikroba dan anti-jamur sehingga meningkatkan imunitas.

Nah, dengan masing-masing benda yang memiliki rasa khas dan khasiat yang berbeda-beda tersebut, jika kita jadikan satu semuanya itu, berpadu pada sebuah mediator bernama nasi, maka jadilah satuan kata benda itu menjadi NASI UDUK nikmat ala bu Sofi.

Analoginya adalah pada jutaan perbedaan signifikan yang ada di nusantara. Ada perbedaan suku di sana, agama, golongan, ormas, bahasa, dan lain-lain. Masing-masing punya keunggulan, kepentingan, dan misi. Aku melihat ada unsur Bhineka Tunggal Ika dalam sebuah nasi uduk. Ya. Kau bisa merasakannya. Perbedaan-perbedaan itu berjalan selaras dengan mengedepankan sebuah kepentingan menjadi SATU paduan rasa yang harmonis. Semoga kita bisa merefleksikan nasi uduk ini dalam konteks nasional.

Toh, Hakikat diciptakannya manusia dengan semua perbedaan itu adalah supaya saling mengenal. Kemudian dengan saling mengenal itulah kita mampu menaruh porsi kita untuk bisa paham karakteristik tiap individu bahkan menanggalkan sementara ego kita untuk bertahan . Surat al hujurat ayat 13 menyatakan hal itu. Kemudian dalam konteks saling mengenal ini ada wadah bernama diskusi klarifikasi yang lebih sering dikenal dengan tabayun. Dengan wadah tersebut akan terbuka kejelasan bagi kita tentang apa yang sebelumnya tak kita ketahui atau masih sama-samar adanya. Maka potensi terjadinya chaos akan sangat minim sekali bila hal ini mampu diimplementasikan dalam dimensi kehidupan kita.

Wis ngene ae gan, contoh simpel supaya persatuan bisa dipupuk dengan menanggalkan kostum perbedaan adalah dengan nonton TIMNAS tanding bola lawan negara atau club luar. Seluruh supporter dari sudut negeri datang tanpa bawa embel2 Suku, Agamas, Ras, dan Sekolah, kalo disingkat jadi SARAS. Semuanya menyatu dalam lautan kaos merah, kalo gitu kan enak dilihatnya. Sama enaknya kayak makan nasi uduk.

Beralih ide, namun masih pada topik perbedaan.

Kamu tau kan, santan dan serei itu berbeda…namun dengan dimediatori oleh nasi dia menjadi nasi uduk.
Sama halnya dengan jodohmu. Kamu ga akan menemukan persamaan antara kamu dan calonmu kecuali dimediatori oleh taaruf maka jadilah dia cinta.

Nah tuh dia cak, sekilas ide yang tertuang dari sebuah nasi uduk pagi itu. Betul-betul inspirativ nasi uduk ini, sehingga tak segan-segan kunamai dia nasi uduk CIBHI alias Cinta Bhineka tunggal Ika.

thanks buat bu Sofi atas nasi uduknya yang menginspirasi. :) kapan bikin lagi bu??

Tidak ada komentar: