“kerjo sing temenan le, riyoyo wis cidek, kepingin
toplesmu isi marning thok tah?”
Nusuk.
Begitulah meme di Display Picture yang
terpampang di BBM salah satu kontakku, kang Najib, yang juga saudaraku.
Sampeyan yang baca ini faham kan artinya? Artinya, kerja yang beneran nak,
hari raya udah deket, kamu mau isi toplesmu isi marning (baca : Biji Jagung Goreng). Mungkin buat saudaraku itu marning adalah
makanan yang spesial tersaji untuk orang-orang tak berduit di hari raya. Gak
gitu juga lah, Padahal ya… aku aja suka banget lho makan marning di hari raya,
apalagi kalo lagi ndak ada duit. Nah loh
Sebenarnya pesan yang ingin diangkat bukan
itu sih, tapi penekanan kepada kerja yang sungguh-sungguh supaya nanti
benar-benar bisa menghadapi hari raya dengan suguhan jamuan yang layak untuk
tamu-tamu yang bersilaturahim. Meski marning juga ga boleh ketinggalan. Duh..
marning lagi marning lagi.
Fenomena lain :
“cak, ayolaah
pinjemin uangmu ya, buat beliin anak saya baju baru di lebaran” kata
temenku sepulang dari masjid beberapa sore lalu.
Hadegh..tepok jidat dalam hati (ada jidat ya di hati?
Ada!! Jidat hatimu ndul)
Ternyata di mata sejumlah orang di tanah air, Ramadhan
itu bukan hanya musim perlombaan mencari berkah dengan beribadah extra dan
beramal soleh. Tapi juga musim ngumpulin duit, musim berhutang, supaya bisa
beli baju baru di hari raya, dan supaya bisa masak kue lebaran, plus mudik dan
bawa oleh-oleh banyak ke kampung. Bahkan ironis, proses ngumpulin duitnya ada
yang sampe pake cara nyolong, curanmor, dan jenis kriminal lainnya. Wah,
keblinger.
Nah,
sore itu berjumpalah aku sama kang Najib yang katanya lagi ga enak badan
soalnya abis lembur kerja tiga hari berturut-turut.
“Assalamualaikum, kok elek ngono rupamu kang? Kayak orang
sakit” tanyaku
“Waalaikumsalam, iya ini ga enak badan, kemarin lembur,
bawaannya hari ini serba ga enak, puasa juga lemes-lemes tapi ya terpaksa
dikuatin, jadinya tidur deh seharian” jawabnya
“kenapa kang kok ambil lembur sampe tiga hari gitu?”
“gak moco status BBM ku tah?”
“ya baca kang, tentang setoples marning lek gak kerjo
tah?”
“iya” jawabnya
“ya apa salahnya kang, dengan setoples marning untuk hari
raya? Kalau mampunya hanya itu ya ndak salah kan. Toh bulan ramadhan dan
syawwal bukan menuntut kita untuk memperbanyak harta guna bisa membeli baju
baru, makanan, dan oleh-oleh untuk mudik. Yang diminta adalah ibadah indiviual
dan jama’ah yang ekstra kang”
“budaya yang menuntut kita begini le, malu kalo ndak bisa
nyetarakan tetangga-tetangga di hari raya nanti” sanggahnya
“ya… apa ndak lebih malu sama gusti Allah kang, kerja
nyari duitnya diperbanyak buat hal-hal yang belum tentu jadi tuntutan agama,
justru yang dianjurkan sama agama malah dikesampingkan. Kerja lembur sampe
sakit-sakitan, taraweh ndak ikut, ngaji tertinggal, I’tikaf sudah gak kuat,
jangan-jangan enggan zakat karena sayang hartanya buat belanja persiapan
lebaran. Itu artinya kita sudah keluar dari esensi utamanya ramadhan kang. Cuma
dapet pahala puasanya thok”
Dalam surat al
a’raf ayat 31 dikatakan :
يَا بَنِي آدَمَ
خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا
إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Yang artinya : Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.
Nah, memang diperintahkan berpakaian yang
indah-indah, tapi ndak mesti baru. Makan dan minum juga jangan
berlebih-lebihan. Konotasi berlebih-lebihan juga bisa diinterpretasikan kepada
melebihi kadar kemampuan kita kang. Kalau kita mampunya beli marning, ya ndak
usah ngotot beli kue nastar, ntar dibenci lho sama Allah. Memang, menjamu orang
dengan sebaik-baik jamuan, memberikan hadiah, pulang mudik untuk silaturahim
itu memang bagian dari pekerjaan baik kang, tapi kalau sampe harus berhutang,
itu sudah melebihi batas kemampuan dan Allah kurang suka yang demikian.
Rasulullah juga pernah bersabda :
عن
أبي هريرة, عبد الرحمن بن صخر رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه
وسلم يقول: ما نهيتكم عنه فاجتنبوه وما أمرتكم به فأتوا منه ما استطعتم فإنما أهلك
الذين من قبلكم كثرة مسائلهم واختلافهم على أنبيائهم ( رواه البخاري ومسلم )
Artinya : Dari Abu Hurairah,
'Abdurrahman bin Shakhr radhiallahu 'anh, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah
bersabda : "Apa saja yang aku larang kamu melaksanakannya, hendaklah kamu
jauhi, dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu, maka lakukanlah menurut kemampuan
kamu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena banyak
bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh)" (HR
Bukhari dan Muslim)
Adapun adat orang Indonesia dengan
membiasakan membuat kue lebaran, bagi-bagi hadiah untuk keluarga, beli baju
baru, dan lain-lain itu hanya menjadi bumbu ramadhan saja. Bumbu itu kan bisa
sedap bisa enggak. Sedap kalau kita sajikan yang mampu, ndak sedap kalau kita
maksain diri, karena ujung-ujungnya harus berhutang, ngorbanin kesehatan sehingga
ibadah-ibadah di bulan ramadhan terbengkalai. Bumbu-bumbu itu juga bukan
tuntutan dalam agama, jadi jangan ngotot. Nah, yang menjadi nilai plus di bulan
yang suci ini adalah ganjaran dan barokahnya ibadah yang super extra, sehingga
suci di Idul Fitri. Sadar ato engga, kebutuhan-kebutuhan sampingan itu justru
menjadi ujian bagi kita di ramadhan lho, mampu atau enggak nih kita
mengutamakan ibadah dibanding porsir tenaga supaya bisa belanja.Waktunya Cuma
sebulan lho. Ya sayang toh, kalo puasa kita cuma dapat lapar dan dahaga thok,
ndak dapat pahalanya.
“kalo jual motor untuk persiapan lebaran gimana? Kan ndak
memberatkan kita toh? Saya juga harus nge cat rumah lho buat lebaran” tanyanya
lagi.
“trus habis lebaran, sampeyan kalo mau berangkat kerja,
silaturahim ke keluarga, belanja ke pasar, naik apa?”
“ya itu dipikir nanti, kan ada angkot, ada bus” jawabnya
Saya jadi teringat perkataan ustadz saya dulu, bahwa
nikmat Allah yang kecil yang belum kita sadari dan kita rasakan itu, akan
kerasa besar manfaatnya setelah kita ndak punya lagi. Nampaknya ini bisa jadi
contoh, saat ini sampeyan mungkin ndak merasakan manfaat motor sampeyan selama
ini yang biasa buat belanja, berangkat kerja, dan lain-lain, yang mungkin
hitungannya bisa memperhemat biaya juga lho. Nah kalau dijual hanya untuk
kepentingan lebaran yang aslinya ndak perlu mewah-mewahan, ke depan sampeyan
harus berfikir keras untuk bisa hidup super ekonomis lagi kang.
Ada hadist hasan yang pernah saya baca waktu belajar dulu : Dari
An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ
يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang
tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang
banyak.” (HR. Ahmad. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadist ini hasan).
Motor
sampeyan yang ada ini adalah nikmat dari Allah, maka syukuri keberadaannya yang
telah bisa membantu sampeyan banyak hal. Kalo mau kita fikir bersama, mungkin
motor ini adalah nikmat yang kecil, tapi dari nikmat yang kecil ini bisa
menghasilkan nikmat-nikmat yang lainnya kang. Nikmat akses bersilaturahim
dengan mudah, nikmat mempersingkat waktu saat berangkat kerja, dan nikmat hemat
dari pengeluaran lain. jadi disyukuri aja apa yang ada kang.
Ini
benar-benar jadi ujian kita kang di ramadhan, ujian ngelawan nafsu
bermewah-mewah saat lebaran. Padahal itu ya ndak penting banget, ga ada
nilainya juga. Kita ndak akan pernah puas dan bahagia kalau terus-terusan
mengejar apa yang kita mau tapi bukan yang kita mampu, dan itu akan menjadi
siksaan kita sepanjang hidup. Ndak akan pernah bahagia. Hidup yang cukup itu
bukan dinilai dari kuantitas, tapi dari kepuasan atas yang dimiliki dengan
memanfaatkannya sebaik mungkin. insyaAllah kalau kita mau belajar mencukupkan
diri, kita akan menjadi manusia yang paling berbahagia.
“MasyaAllah…
makasih banyak le” ujarnya
“sama-sama
kang, ini juga nasehatnya buat saya, saya juga musti belajar bersyukur dengan
yang ada”
“ya,
aku pamit dulu ya mau ke pasar, nanti ketemuan di masjid ya, I’tikaf bareng
kita” ujarnya
“InsyaAllah
kang, ke pasar mau beli apa?” aku balik tanya.
“mau
beli marning, buat tamu-tamu ntar..hehehe” simpel.
“kalo
gitu sekalian marningnya bawa ke I’tikaf nanti ya kang” sambutku, semangat.
“NDAK..!!”
teriaknya sambil berlalu
Yagh…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar