Kamis, 28 Agustus 2008

KISAH GURU HONORER

Kisah Guru Honorer

Hmmmh….
Melas hidupku ini
Sutil wajan dan panci
Di malam ini jadi saksi
Entah bagaimana nasib keluargaku
minggu ini
Makan nasi, roti,
Atau hanya sekedar ubi
Belasan tahun aku mengabdi
Untuk negeri ini
Tapi...
Mana ada yang peduli
Aku tak juga diangkat
Sebagai pegawai negeri
Terik mentari membuat kulitku hitam kelam
Sepanjang perjalanan
Meski demikian
Aku tetap ingin kokoh dan bertahan
Hanya demi satu niat dan tujuan
Mengabdi kepada negara
Dan berharap ridho Tuhan
Tak apalah seratus ribu sebulan
Kuanggap ini adalah resiko sebuah ketulusan
Asalkan aku bisa mencetak calon-calon ilmuwan
Hmmmh....
Memang sih..isi dompetku tak penuh
Namun walau demikian
Aku bercita-cita kelak
Anak didikku
Bisa memperbaiki negeri ini lebih jauh
Laksana pasir
Sebuah bangunan tak akan kokoh tanpanya
Sekalipun dia tak nampak
Namun perannya dalam sebuah bangunan
Adalah unsur terpenting
Aku ingin di masa depan kelak
Kala anak didikku sudah menjadi orang layak
Mereka tidak lupa dengan jasa orang-orang
Yang pernah berbuat banyak
Yang kedudukan serta keberadaanya
Tidak pernah diperhatikan khalayak..

Firman
Islamabad, 2 Juni 200

Tidak ada komentar: