Selasa, 22 April 2008

SAAT TELEVISI MENJADI KIBLAT BARU


Oleh : Firman Arifandi

"Dan di sini, bukan untuk berdamai dengan hukummu. Kami ( yahudi ) di sini untuk mengubahmu, dari luar dan dari dalam jiwamu. Ini bukan sebuah protes, tapi inilah kebangkitan untuk mengubah dan kemudian memerangimu" ( Robert Arthur Lewis ). Kalimat di atas merupakan kutipan dari pidato salah seorang tokoh yahudi yang bertekad memerangi islam dengan pendangkalan moral melalui media kehidupan modern seiring pesatnya tekhnologi.

S
atu dari ribuan bumbu – bumbu racun peradaban yang sangat berpengaruh dan berperan penting dalam pendangkalan aqidah dan moral bangsa saat ini adalah televisi. Gayanya dalam menghipnotis otak dan kepribadian kita khususnya umat islam Indonesia begitu rapi terbungkus. Sehingga tak dapat dipungkiri lagi, saat ini budaya dan moral bangsa kita sudah bisa dikatakan punah, laksana sampah yang terhempas dari tengah lautan. Dan inilah salah satu senjata yang digunakan kaum Lan - Tardho untuk memerangi kita saat ini.
Budaya kehidupan barat yang identik dengan pergaulan bebasnya, kini bukan hal yang aneh lagi di kalangan anak – anak remaja Indonesia. Kata " nge – date " atau kencan sudah merupakan perkara yang tidak asing lagi bagi mereka. Lifestyle atau gaya hidup merekapun tak jauh beda layaknya orang barat yang terkesan hura – hura, berpakaian serba minim sehingga auratnya tanpa malu dipertontonkan di hadapan orang banyak. Dari sanalah muncul dan berkembang lagi gaya hidup yang lebih hina yaitu "sex bebas". Sehingga bisa diprediksikan sejak awal tahun 2000, 80 % gadis - gadis dari kalangan pelajar dan mahasisiwi di Jogja sudah tidak perawan lagi. Sehingga berapa banyak sampai detik ini kejadian anak hamil di luar nikah ? apa lagi penyebabnya kalau bukan karena pacaran yang identik dengan "ZINA".
Ÿwur (#qç/tø)s? #’oTÌh“9$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. Zpt±Ås»sù uä!$y™ur Wx‹Î6y™ ÇÌËÈ
Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. ( al – isra' : 32 )
Demikian televisi mengajari anak-anak remaja agar berani melanggar batas-batas agama, mengajari mereka agar melakukan hubungan cinta yang diharamkan, bagaimana seorang pemuda menggaet seorang gadis dan bagaimana seorang gadis menjaring para pemuda, bagaimana caranya mengirim surat cinta, bagaimana mengatur janjian dengan ‘aman’, yang ini semua diajarkan oleh sinetron-sinetron remaja yang menjamur di setiap stasiun televisi. Saat itulah berbagai sajian di tv yang berbau pergaulan bebas diam – diam menghipnotis jiwa mereka. Bahkan,saat ini ada stasiun televisi yang hampir dalam setiap schedul acaranya berisi film – film cinta remaja, pencomblangan, dan lain – lain. Tersaji pula film cinta yang menceritakan percintaan anak SMP dan SD yang masih bau kencur , yang belum saatnya bagi mereka mengkonsumsi acara tersebut. Terlebih lagi dengan bebas beredarnya kaset cd porno yang kini tersedia sampai kalangan pedagang kaki lima.
Tindakan – tindakan kekerasan yang selama ini kerap terjadi di Indonesia mulai dari kalangan anak muda sampai orang tua, kasus – kasus pemerkosaan,pembunuhan, mutilasi, perampokan, pencurian, korupsi, penipuan, minuman keras, narkoba dan lain – lain, tidak diragukan lagi kalau salah satu faktor pendukung terjadinya hal tersebut di atas adalah karena warga Indonesia terlalu sering mengkonsumsi sajian – sajian televisi yang bernuansa serupa. Sesaat kita terlena serta terhanyut olehnya, kemudian tanpa disadari kita sendiri telah menjadi "korban imajinasi" dalam adegan televisi. Saat ini kita tidak sadar kalau dampak dari film – film super hero yang lebih mengandalkan kekerasan akan memberikan nilai negative bagi jiwa dan kepribadian anak – anak kita kelak. Begitu banyak macam ragam prilaku sosial yang disebabkan atau dipengaruhi oleh tontonan dan bacaan, sebut saja misalnya menjamurnya perbuatan asusila, pelacuran, lesbian, homoseks, pelecehan seksual, kemudian tindak kriminal seperti disebutkan di atas,. Semua itu menjadi fakta bagaimana TV sangat dominan mempengaruhi prilaku masyarakat dalam kehidupan sosial. Bahkan fenomena itu dipertontonkan oleh hampir semua media visual (TV), seperti acara “derap hukum” dan “patroli” yang tersaji dalam salah satu stasiun televise Indonesia. Tayangan tersebut di atas terkait dengan aspek moral, sehingga kualitas dan kuantitas kriminalitas meningkat karena para pelaku kriminal mendapatkan ‘kursus gratis’ tentang trik-trik kejahatan dari tayangan-tayangan televisi tersebut. Dan kini sedang trend pula dengan aspek budaya dan ideology, sebut saja misalnya tayangan-tayangan reality show, serta ada pula yang mengajarkan kita untuk berbuat ghibah seperti acara talk show di berbagai stasiun TV pula tentunya.
Apakah kita yang pada hakekatnya adalah khalifah di bumi akan menghilangkan jiwa sosial dan membawa diri kita sendiri pada kedzholiman hanya karena kita diperbudak oleh satu benda mati bernama televisi ?

Artinya : Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. ( al – baqoroh : 195 )
Kata jilbab tempo dulu identik dengan kerapihan, kesopanan, keanggunan, dan keramahan, saat ini semua itu berbalik. Akibat "fashion sok islami " yang ditampilkan para artis kita, dalam segmen yang begitu ganas menyelewengkan para wanita dari jalur yang lurus, membuat mereka jauh terhadap hijab syar’i, menyemangati mereka agar tabarruj (berhias yang tidak syar’i) dan buka-bukaan, berusaha menggeser kesucian dan kehormatan para wanita dengan acara-acara wawancara, seminar, dan pertemuan-pertemuan yang membahas tentang emansipasi dan kebebasan wanita.
Bagaimana bisa seseorang dikatakan berjilbab saat hanya mengenakan kerudung ketat yang hanya melingkar sampai di leher saja , busana baju atau kaos yang dipakaipun juga ketat sehingga nampaklah bentuk lekuk tubuh nan seksi serta bentuk buah dada. Belum lagi rok dan celana yang hanya terkesan menempel dan membungkus saja , sedangkan kainnya ketat dan bentuk pahapun terlihat jelas. Belum lagi model celana jeans cewek zaman sekarang yang batas lingkar pinggangnya hanya sampai di bawah pinggang, sampai – sampai apabila sang pemakai celana dalam keadaan duduk agak risih baginya untuk duduk tenang, karena takut bagian belakangnya terlihat. Saudari – saudariku kalau hal demikian sudah membuatmu tak nyaman, lantas kenapa kau masih memakainya ? janganlah hanya karena kau takut ketinggalan zaman, takut dibilang " gak gaul" lantas kau tinggalkan syariat islam.
Artinya : Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, ( an – nur : 31 )
Maka, jelaslah sudah kutipan ayat di atas bagi para muslimah, bahwa pemakaian jilbab yang sebenarnya adalah bukan hanya menutup aurat belaka, tapi juga agar bentuk lekuk tubuh dan perhiasan badan tidak telihat. Sehingga tidak menimbulkan fitnah serta membangkitkan hawa nafsu bagi orang lain. Karena kejahatan bukan timbul hanya karena adanya niat pelaku, tapi juga karena adanya kesempatan, waspadalah !
Sajian lain dari televisi yang mendangkalkan moral bangsa adalah kisah mitos dan mistik berbungkus tema islami seperti tayangan film yang ada di Indosiar. Dimana di situ ditayangkan misteri seekor siluman yang kerap dekat dengan perdukunan kemudian semuanya dilenyapkan oleh seorang ustadz sakti yang punya segala macam ilmu ajaib, itulah kebohongan nyata yang mengajak kita menjadi syirik.
Televisi memiliki andil yang besar dalam kasus-kasus perceraian dan keretakan rumah tangga dengan banyaknya tayangan-tayangan sinetron ‘keluarga’ yang mengajari seorang istri membangkang kepada suaminya, meminta kepada suaminya hal-hal yang di luar kesanggupan suaminya, membantah suaminya dengan ‘gaya-gaya artis sinetron’, mengajari suami dan istri selingkuh, mengajari anak-anak berani kepada orang tua, mengajari ‘anak tiri’ agar membenci kepada ‘ibu tirinya’, yang semuanya itu membuat keluarga-keluarga porak poranda dan menelantarkan anak-anak mereka.
Begitu mempesonanya ragam acara yang tersaji dalam televisi sehingga membuat kita lalai untuk melaksanakan sholat 5 waktu tepat pada waktunya, bahkan sampai rela meninggalkannya. Padahal Allah SWT sangat membenci mereka yang lalai akan sholatnya. Kita lalai karena sering mengakhirkan shalat demi mengikuti acara tv dan kita lalai pula karena melakukan shalat tergesa – gesa agar tidak ketinggalan acara tv yang diidolakan.
×@÷ƒuqsù šú,Íj#ÁßJù=Ïj9 ÇÍÈ tûïÏ%©!$# öNèd `tã öNÍkÍEŸx¹ tbqèd$y™ ÇÎÈ
Artinya : Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
(al – maun 4-5 )
Lengkap sudah hipnotis monster yang satu ini, dengan acara – acara yang ternyata di balik itu semua bertujuan mendangkalakan moral bangsa ini. Sementara dapat disimpulkan pula menonton tv secara pribadi ada tiga hal :
Menyaksikan tontonan yang berguna tentang informasi terkini demi kepentingan agama dan dunianya, hal ini tidak masalah kecuali dapat menyeretnya dalam hal yang haram.
Menonton tayangan yang berbahaya bagi kepribadian , agama , dan dunianya, ini haram karena pada intinya setiap muslim bertanggung jawab memelihara dirinya dunia dan akhirat apalagi sampai melalaikan diri dengan memuaskan pribadi dan waktu untuk berlama – lama di depan layar tv sehingga lupa akan kewajiban kepada Allah, ini haram karena semuanya akan memberi dampak yang negative kepada pikiran dan perilaku kita untuk menirukan tayangan tv.
Menonton acara yang tidak bermanfaat juga tida berbahaya, ini laghwun ( sia – sia ) dan tidak selayaknya seorang muslim menyia – nyiakan waktu
Demikian pula untuk orang yang membelinya untuk dirinya dan keluarganya yang tidak bisa menghindari dari perkara haram, sekalipun ia tidak ikut menyaksikannya, maka ia tetap berdosa karena telah memfasilitasi orang lain untuk berniat haram.
Karena realita yang ada menunjukkan bahwa mayoritas tayangan-tayangan televisi saat ini adalah acara-acara yang di haramkan oleh syari’at islam, walaupun diselingi dengan program-program yang bermanfaa’at dalam bidang agama, pendidikan, dan pengetahuan, hanya saja program-program hiburannya lebih banyak berlawanan dengan norma-norma agama.
Maka televisi sebagai salah satu produk kemajuan peradaban adalah ibarat sebuah pisau yang bisa digunakan untuk hal yang bermanfaat dan bisa digunakan untuk hal yang membuat madhorot atau kerugian bagimanusia


REFERENSI :
Al – qur'anul karim
Kitab Fathurrahman
Fatawa Ath-thiflul Muslim










Tidak ada komentar: